Mengupas Klaim Empon-Empon dan Arak Bali Sebagai Obat COVID-19
Monika Pandey – Pandemi COVID-19 memicu beragam klaim pengobatan, termasuk di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah penggunaan empon-empon sebagai ramuan tradisional dan arak Bali yang disebut-sebut ampuh melawan virus. Namun, penting untuk memahami fakta ilmiah di balik klaim-klaim ini agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Empon-empon adalah kumpulan rempah-rempah seperti jahe, kunyit, temulawak, dan serai yang dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Kandungan seperti kurkumin pada kunyit dan gingerol pada jahe memiliki sifat antioksidan dan antiperadangan yang dapat mendukung daya tahan tubuh.
Selama pandemi, ramuan empon-empon menjadi populer sebagai minuman herbal untuk menjaga kesehatan. Meskipun ramuan ini bermanfaat untuk meningkatkan imunitas, hingga kini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa empon-empon dapat secara langsung menyembuhkan COVID-19.
Arak Bali, minuman fermentasi lokal yang mengandung alkohol, sempat dikaitkan dengan pencegahan atau pengobatan COVID-19. Klaim ini muncul karena alkohol dikenal mampu membunuh virus pada permukaan benda.
Namun, konsumsi alkohol tidak memberikan efek yang sama di dalam tubuh. Sebaliknya, alkohol yang dikonsumsi berlebihan justru dapat menurunkan kekebalan tubuh dan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, klaim ini tidak didukung oleh bukti ilmiah dan perlu diwaspadai.
Read More : Manggis, Buah Asal Indonesia Jadi Obat Alami Kanker dan Rematik
Melawan COVID-19 membutuhkan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan. Langkah-langkah utama yang direkomendasikan adalah mematuhi protokol kesehatan, menjalani vaksinasi, dan menjaga pola hidup sehat. Sementara itu, bahan tradisional seperti empon-empon bisa digunakan sebagai pelengkap untuk mendukung kesehatan tubuh, tetapi tidak sebagai pengganti pengobatan medis.
Klaim tentang empon-empon dan arak Bali sebagai obat COVID-19 mencerminkan kekayaan budaya Indonesia dalam pengobatan tradisional. Meski demikian, penting untuk tetap mengutamakan informasi yang didukung oleh fakta ilmiah agar pengobatan dan pencegahan yang dilakukan efektif dan aman. Masyarakat diharapkan lebih selektif dalam menerima informasi demi menjaga kesehatan bersama.