Monika Pandey – Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang ditandai oleh pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang sulit dikendalikan. Meskipun penyebab OCD tidak sepenuhnya dipahami, penelitian menunjukkan bahwa trauma dapat menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada perkembangan gangguan ini. Trauma dapat memengaruhi cara seseorang memproses emosi, rasa takut, dan stres, yang sering kali menjadi inti dari gejala Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
OCD adalah gangguan mental kronis yang melibatkan:
“Baca Juga: Waspada Fibrilasi Atrium, Penyakit Jantung yang Sering Terabaikan”
Misalnya, seseorang yang takut kuman mungkin terobsesi dengan kebersihan dan mencuci tangan berulang kali untuk merasa aman. Namun, meskipun ritual tersebut dilakukan, kecemasan sering kali tetap muncul.
Trauma, terutama trauma masa kecil, dapat memengaruhi perkembangan OCD. Trauma yang bersifat emosional, fisik, atau seksual sering meninggalkan dampak mendalam pada pikiran dan perilaku seseorang. Berikut adalah beberapa cara trauma memengaruhi OCD:
Berbagai studi menunjukkan bahwa individu dengan OCD memiliki kemungkinan lebih besar mengalami trauma di masa lalu dibandingkan mereka yang tidak memiliki gangguan ini. Trauma seperti pelecehan, pengabaian, atau kehilangan orang yang dicintai dapat menciptakan pola pikir obsesif sebagai bentuk perlindungan terhadap ancaman yang dirasakan.
Mengelola OCD yang dipengaruhi oleh trauma memerlukan pendekatan holistik, seperti:
“Simak Juga: Mandi Malam Menyebabkan Rematik? Ini Fakta Ilmiahnya”