Sakit di Momen Berlibur atau Cuti Kerja, Mengapa?
Monika Pandey – Sakit di momen berlibur sering kali menjadi kenyataan meskipun kita sudah menantikan waktu untuk beristirahat. Ungkapan populer yang menyebut tubuh “menyerah” saat cuti atau liburan tiba menggambarkan fenomena ini dengan tepat. Ketika kita akhirnya berhenti sejenak dari rutinitas kerja harian, tubuh yang sudah tertekan dan lelah selama ini justru malah jatuh sakit. Anekdot ini bukan sekadar candaan, tetapi sering kali menjadi kenyataan: momen liburan yang seharusnya menyenangkan malah dihabiskan terkapar di kasur karena tubuh tak mampu menahan beban kelelahan.
Meskipun liburan terdengar menyenangkan, hari-hari menjelang cuti sering kali justru penuh tekanan. Anda mungkin harus menyelesaikan tumpukan pekerjaan agar bisa benar-benar “lepas” saat cuti. Sayangnya, stres dan kelelahan menjelang liburan ini bisa melemahkan sistem imun tubuh. Beban mental yang menumpuk dapat memicu peningkatan kadar hormon stres, seperti kortisol, yang mengganggu fungsi tubuh dan mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
“Simak Juga: Mencegah Stroke, Tips Menjaga Kesehatan Pembuluh Darah”
“Perilaku ini merusak sistem kekebalan,” ujar dr. Edo Paz, Direktur Klinis Heartbeat Health, New York. Stres berlebihan ini juga bisa memperburuk kondisi fisik yang sudah tidak stabil. Itulah sebabnya, penting untuk menjaga ritme kerja dan tidak memforsir tubuh, bahkan saat sedang mengejar tenggat waktu menjelang liburan.
Pernah merasa justru lebih sakit atau lelah di awal liburan? Ini bisa jadi efek psikologis dari stres jangka panjang, yang dikenal sebagai let-down effect. Setelah tekanan mereda, tubuh justru merespons dengan gejala fisik seperti kelelahan ekstrem, sakit kepala, atau bahkan serangan panik. Tubuh yang sebelumnya berjuang dengan stres akan merasa lelah setelah beban tersebut hilang.
Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini bisa muncul terutama saat akhir pekan atau masa libur panjang, ketika tubuh akhirnya “berani” menunjukkan kelelahannya. Ini adalah mekanisme tubuh yang berusaha mengembalikan keseimbangan setelah tekanan yang luar biasa.
Perjalanan, terutama dengan transportasi umum, memperbesar kemungkinan Anda terpapar kuman dan virus. Ruang tertutup seperti pesawat dengan sirkulasi udara terbatas membuat penularan penyakit lebih mudah terjadi. Tidak hanya flu, tetapi berbagai infeksi juga dapat menular dengan cepat dalam perjalanan.
“Infeksi bisa menyebar lewat tetesan kecil di udara,” jelas dr. Paz. Bahkan di tempat umum seperti stasiun atau bandara, kita sering terpapar virus dari orang lain tanpa sadar. Untuk mengurangi risiko, rajinlah mencuci tangan, hindari menyentuh wajah, dan pastikan untuk tetap menjaga jarak dari orang yang terlihat sakit.
Mengelola stres dengan baik, menjaga kesehatan mental, dan berhati-hati saat bepergian adalah langkah-langkah penting untuk memastikan liburan Anda benar-benar menyegarkan dan tidak berakhir dengan sakit di momen berlibur.
“Baca Juga: Trump Bebaskan Smartphone dan Chip dari Tarif Impor China”