Monika Pandey – Sakit hati bukan sekadar perasaan sedih atau kecewa yang muncul setelah mengalami kekecewaan atau pengkhianatan. Perasaan ini dapat berdampak lebih luas, baik secara emosional maupun fisik. Jika tidak ditangani dengan baik, sakit hati dapat berujung pada gangguan kesehatan mental dan bahkan mempengaruhi kondisi fisik seseorang.
Sakit hati yang berkepanjangan dapat menyebabkan stres yang berlebihan. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa berkembang menjadi depresi. Orang yang mengalaminya cenderung merasa kehilangan semangat hidup, kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai, dan sulit merasakan kebahagiaan.
“Baca Juga: Bahaya Eyelash Extension untuk Kesehatan Mata”
Kekecewaan mendalam dapat menimbulkan kecemasan, terutama dalam hubungan sosial. Seseorang yang mengalami sakit hati sering kali menjadi lebih waspada dan takut untuk mempercayai orang lain. Hal ini dapat mengganggu hubungan interpersonal dan menimbulkan kesulitan dalam membangun kembali kepercayaan.
Jika tidak diatasi dengan baik, sakit hati bisa berubah menjadi dendam. Perasaan ini berbahaya karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan negatif, seperti membalas dendam atau menyebarkan kebencian. Kebencian yang dipendam dalam waktu lama juga dapat merusak kebahagiaan dan kedamaian batin seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa sakit hati dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Rasa stres dan kesedihan yang intens dapat memicu peningkatan tekanan darah dan detak jantung yang tidak stabil, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.
Sakit hati dapat menyebabkan stres kronis, yang pada akhirnya melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini membuat seseorang lebih rentan terhadap berbagai penyakit, seperti flu, infeksi, atau gangguan pencernaan.
Banyak orang yang mengalami sakit hati mengalami kesulitan tidur atau kehilangan nafsu makan. Hal ini bisa berujung pada masalah kesehatan seperti insomnia, kelelahan kronis, serta kekurangan nutrisi yang dapat berdampak negatif pada tubuh.
Mengakui dan menerima perasaan ini adalah langkah pertama dalam proses penyembuhan. Jangan menekan emosi, tetapi izinkan diri untuk merasakan dan menghadapinya secara perlahan.
Berbicara dengan teman, keluarga, atau seorang profesional seperti psikolog dapat membantu melepaskan beban emosional. Dukungan dari orang lain sering kali dapat memberikan perspektif baru dan membantu dalam pemulihan.
Alihkan perhatian dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti berolahraga, membaca, atau menekuni hobi. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan mengembalikan keseimbangan emosional.
Memendam rasa sakit hati hanya akan merugikan diri sendiri. Belajar memaafkan, bukan untuk orang lain, tetapi untuk kebahagiaan dan kedamaian diri sendiri.
“Simak Juga: Fakultas Kedokteran Terbaik di Indonesia 2025, UI hingga USU”